![]() |
Foto : Lahan Percontohan Pertanian Keluarga Berbasis Pekarangan. |
Persiapan program diawali dengan riset potensi desa selama tiga hari oleh Bidang Litbang dan Inovasi Forum Membangun Desa (FORMADES), dipimpin Yoseph Heriyanto. Riset ini menggali kebutuhan riil masyarakat dan potensi desa yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan.
"Program ini harus lahir dari kenyataan di lapangan, bukan asumsi. Tujuannya agar benar-benar menjawab kebutuhan warga," ujar Yoseph.
Lahan seluas 2.000 meter persegi disiapkan sebagai area percontohan pertanian keluarga berbasis pekarangan. Program ini akan dikembangkan secara bertahap, melibatkan lebih banyak warga dan memanfaatkan pekarangan rumah masing-masing.
Inisiatif ini merupakan kolaborasi antara SERTA BUMI, FORMADES, Kelompok Tani Margo Mulyo, dan KWT Lestari. Konsep pertanian terintegrasi menjadi dasar program—menggabungkan pertanian, peternakan, dan perikanan dalam skala rumah tangga.
Salah satu inovasi utama adalah pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk organik. Selain itu, warga akan dilatih menanam sayuran, TOGA, serta membudidayakan ikan dan unggas dengan sistem ramah lingkungan.
“Pekarangan rumah bisa menjadi sumber pangan dan penghasilan. Itu yang ingin kami tunjukkan,” jelas Suparno dari Kelompok Tani Margo Mulyo.
Tak hanya produksi, program juga mendorong inovasi pascapanen. KWT Lestari akan dilatih mengolah hasil panen menjadi produk seperti keripik sayur, jamu herbal, hingga sambal kemasan. Seluruh proses akan memanfaatkan bahan baku lokal dan mengembangkan jejaring pemasaran.
Ketua SERTA BUMI, Sumarno, menegaskan bahwa program ini adalah strategi membangun kemandirian desa dari rumah tangga.
“Ketahanan pangan dimulai dari rumah. Program ini bukti bahwa petani bisa berdiri di atas kekuatannya sendiri,” tandasnya.
Lahan percontohan dijadwalkan mulai ditanami pada awal Juli 2025. Program ini diharapkan menjadi model inspiratif yang dapat direplikasi di desa-desa lain di Karanganyar.(**)
Pewarta : A. Haris KS