Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

'>

Iklan

Indeks Berita

Kepuhrejo, Desa Tematik Tembakau 2025: Potret Desa yang Tumbuh dari Aroma Daun Emas

Kamis, 31 Juli 2025 | 10:00 WIB | 017 Views Last Updated 2025-07-31T07:13:38Z

 

Petani tembakau Desa Kepuhrejo Jombang tengah melakukan perawatan tanaman

SeputarDesa.com, Jombang – Di ujung utara Sungai Brantas, tepatnya di Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, terdapat sebuah desa yang pelan tapi pasti menapaki jalur emasnya sendiri bukan emas dalam bentuk logam, melainkan tembakau, yang oleh warga setempat dijuluki daun emas. Tahun 2025 ini, Desa Kepuhrejo resmi ditetapkan sebagai Desa Tematik Tembakau, sebuah predikat prestisius yang tak hanya membawa kebanggaan, tapi juga tanggung jawab besar dalam menjaga keberlanjutan komoditas pertanian unggulan ini.


Penetapan ini bukan tanpa alasan. Desa yang sebagian besar warganya menggantungkan hidup pada sektor pertanian ini telah lama dikenal sebagai salah satu lumbung tembakau di wilayah Jombang. Bagi mereka, tembakau bukan sekadar tanaman musiman ia adalah urat nadi ekonomi, budaya kerja keras, dan simbol ketekunan yang diwariskan dari generasi ke generasi.


Kepala Desa Kepuhrejo, Asiami, menyampaikan bahwa kondisi geografis desanya menjadi anugerah tersendiri. Tanahnya subur, iklimnya kering khas daerah aliran Sungai Brantas bagian utara, sangat cocok untuk tembakau. “Ini berkah. Tanaman tembakau bisa tumbuh baik di sini tanpa banyak kendala,” ujarnya.


Saat ini, Kepuhrejo memiliki sekitar 32 hektare lahan tanam tembakau aktif. Setiap tahun, desa ini menghasilkan ribuan kilogram tembakau kering berkualitas, yang sebagian besar dipasok ke pabrik rokok skala menengah dan besar di Jawa Timur. Di balik angka-angka itu, tersembunyi realitas bahwa lebih dari 972 keluarga petani dan 432 buruh tani menggantungkan hidupnya pada komoditas ini.


“Kalau panen bagus, ekonomi warga langsung terasa meningkat. Anak-anak bisa sekolah, dapur ngebul, bahkan bisa bangun rumah,” kata Asiami menggambarkan dampaknya.

 

Menurut Asiami, keberhasilan ini tak lepas dari peran berbagai pihak, mulai dari pemerintah desa, penyuluh pertanian, hingga dinas terkait. Bantuan berupa pupuk bersubsidi, alat mesin pertanian (alsintan), dan program pembinaan kelompok tani menjadi fondasi penting dalam menjaga produktivitas dan efisiensi tanam.


Tak kalah penting, partisipasi aktif warga dalam program-program desa menciptakan ekosistem pertanian yang sehat. "Warga kami bukan hanya penanam, tapi juga penjaga tradisi dan kualitas. Mereka tahu kapan waktu tanam terbaik, cara merawat daun agar tidak busuk, hingga teknik pengeringan alami agar aroma dan warna tembakau tetap unggul," tutur Asiami.


Penetapan Kepuhrejo sebagai Desa Tematik Tembakau bukan hanya label administratif. Ia adalah pengakuan terhadap cara hidup. Sebab di desa ini, tembakau menyatukan banyak hal: kerja, harapan, bahkan kebersamaan. Di musim tanam, lahan ramai oleh semangat. Di musim panen, halaman rumah berubah jadi ruang pengeringan, dan bau khas tembakau kering menyelimuti udara.


Ke depan, Pemerintah Desa Kepuhrejo berencana memperluas cakupan tembakau sebagai ikon desa, termasuk dengan pengembangan wisata edukasi pertanian, pengolahan tembakau pascapanen, hingga pelatihan wirausaha tani bagi generasi muda.


“Kami ingin tembakau bukan hanya soal tanam-jual. Tapi juga bisa memberi nilai tambah melalui inovasi. Harapannya, anak-anak muda juga tertarik menekuni sektor ini, tidak hanya urbanisasi,” jelas Asiami.

 

Dengan status sebagai Desa Tematik Tembakau, Kepuhrejo kini menatap masa depan dengan lebih percaya diri. Tembakau tidak hanya akan terus ditanam, tapi juga dikembangkan sebagai identitas, kekuatan ekonomi, dan sumber kemajuan desa. Masyarakat pun kini memegang harapan besar bahwa jerih payah mereka selama ini telah diakui dan akan terus didorong oleh kebijakan yang berpihak.


“Semoga ke depan petani lebih semangat menanam tembakau, sehingga produktivitas terus meningkat dan masyarakat makin sejahtera,” tutup Asiami.(**)

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN