![]() |
Gambar Ilustrasi |
SeputarDesa.com - Jombang, Harga beras di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Jombang kembali naik dalam beberapa hari terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh berkurangnya pasokan dari petani yang mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah desa.
Fenomena ini menjadi tamparan keras bagi masyarakat kecil, terutama pedagang pasar dan pelaku usaha mikro yang selama ini bergantung pada stabilitas harga bahan pokok.
Samsul, pedagang beras di Pasar Tradisional Diwek, menyebutkan bahwa harga beras medium yang sebelumnya dijual Rp13.000 per kilogram, kini melonjak menjadi Rp14.000.
“Sudah tiga harian ini naik. Pasokan dari petani kurang, karena banyak sawah yang gagal panen. Cuacanya nggak bisa ditebak. Pembeli juga mulai mengeluh, karena harga makin mahal,” ungkapnya kepada SeputarDesa.com, Jumat (11/7/2025).
Kondisi ini bukan hanya memukul pedagang, tetapi juga pelaku usaha rumahan. Reren, pemilik warung makan di Kecamatan Diwek, mengaku bingung harus menyiasati biaya produksi yang kian membengkak.
“Harga bahan pokok naik semua, terutama beras. Tapi saya tidak bisa serta-merta menaikkan harga jual. Kalau saya naikkan, pelanggan bisa lari. Akhirnya, kami usaha kecil-kecilan ini makin tercekik,” ujar Reren dengan nada cemas.
Tak hanya beras, harga telur dan minyak goreng juga mengalami tren kenaikan. Sementara di beberapa pasar lain di Jawa Timur, data dari Siskaperbapo menunjukkan adanya penurunan harga komoditas tertentu. Hal ini justru menambah tanda tanya soal distribusi dan mekanisme pasar yang tidak merata.
Sejumlah pedagang dan warga mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk segera turun tangan. Intervensi harga, subsidi bahan pokok, hingga penguatan stok pangan lokal dinilai sangat mendesak dilakukan, agar krisis harga tidak merembet menjadi krisis sosial.
"Jangan tunggu rakyat desa berteriak lebih keras baru pemerintah mendengar," tegas Junaidi Farhan, Ketua Umum Forum Membangun Desa (Formades), yang turut menyoroti gejolak harga pangan di desa-desa. (**)