Kemiskinan Mengakar, Jalan Rusak Parah—Pemkab Tubaba Sibuk Percantik Patung Rp1,3 Miliar - seputardesa.com

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

'>

Iklan

Kemiskinan Mengakar, Jalan Rusak Parah—Pemkab Tubaba Sibuk Percantik Patung Rp1,3 Miliar

Kamis, 10 Juli 2025 | 11:52 WIB | 017 Views Last Updated 2025-07-10T04:52:26Z

Foto Lokasi dan Papan Proyek


SeputarDesa.com, Tubaba — Di tengah jeritan warga miskin dan jalan-jalan berlubang yang seolah tak digubris, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) justru menghamburkan anggaran untuk proyek estetika yang tidak menyentuh kebutuhan mendesak rakyat. Sementara ribuan masyarakat masih berjuang bertahan hidup di bawah garis kemiskinan, anggaran miliaran rupiah justru dialihkan ke proyek penghias patung.


Data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Tubaba pada tahun 2024 sebesar 7,25%. Meski sedikit menurun dari 7,88% pada 2023, angka ini bukanlah capaian yang layak dibanggakan, mengingat masih banyak wilayah yang masuk kategori kemiskinan ekstrem. Namun alih-alih memperkuat program pengentasan kemiskinan, Pemkab justru kembali mengalokasikan Rp1,3 miliar untuk pembangunan Plaza Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tahap II di bawah patung Suhunan Riah, yang lebih dikenal masyarakat sebagai Patung Putri Menari.



Ini bukan proyek pertama yang memicu tanda tanya publik. Pada 2022, patung tersebut telah menghabiskan Rp1,2 miliar, disusul lagi pada 2024 dengan alokasi Rp300 juta untuk Tahap I pembangunan plaza yang kini dibongkar kembali sebelum genap setahun demi proyek tahap berikutnya. Praktik seperti ini jelas mencerminkan buruknya perencanaan dan minimnya empati anggaran terhadap penderitaan rakyat.


Padahal, masalah yang lebih urgen dan membumi justru dibiarkan membusuk. Masih dari data BPS, panjang jalan rusak di Tubaba mencapai 626,53 km, dengan jalan rusak berat sepanjang 19,72 km. Ketika musim hujan tiba, lubang-lubang jalan berubah menjadi kubangan, mengancam keselamatan pengguna jalan dan melumpuhkan akses warga desa ke pusat ekonomi.



“Kemiskinan masih tinggi, jalan-jalan rusak, tapi anggaran justru lari ke taman patung. Ini pemerintah kerja untuk siapa?” ucap Supri, seorang pedagang keliling yang kerap melintasi jalan-jalan rusak.


“Mbuh, ya kok malah buat taman di patung, kok ya gak untuk mbaguske jalan sing bolong-bolong ya,” imbuhnya dengan nada kecewa.

 

Kebijakan pembangunan yang timpang ini menuai kritik dari berbagai kalangan. Pemerintah seolah lebih peduli pada citra visual kota daripada kondisi perut kosong rakyat. Patung diperindah, taman dipercantik, sementara sekolah ambruk, jalan terabaikan, dan anak-anak desa masih putus sekolah karena kemiskinan.


Kepemimpinan Bupati Nopriwan Jaya dan Wakil Bupati Nadirsyah dinilai gagal menyusun skala prioritas. Di saat daerah lain berlomba mempercepat perbaikan infrastruktur dan pengentasan kemiskinan, Tubaba justru tenggelam dalam proyek kosmetik penuh kontroversi.


Jika orientasi anggaran masih dikuasai logika pencitraan, bukan keberpihakan kepada wong cilik, maka penurunan angka kemiskinan hanya akan menjadi statistik kosong tanpa makna.(ir)

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update