![]() |
Foto : Gambar Ilustrasi |
Oleh : M Irwani Nasirul Umam
Pimred Media Seputar Desa
Di tengah derasnya arus globalisasi dan pergeseran nilai dalam masyarakat modern, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga jati diri dan karakter bangsanya. Salah satu jalan untuk memperkuat fondasi bangsa adalah dengan kembali menelusuri dan memahami filsafat kebudayaan Pancasila sebagai cerminan jiwa dan nilai luhur yang tumbuh dari rahim sejarah dan kebudayaan Nusantara.
Pancasila sebagai Filsafat Hidup
Pancasila bukan sekadar dasar negara, melainkan juga merupakan filsafat hidup yang merepresentasikan pandangan dunia (weltanschauung) bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya—Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan—berakar dari kebudayaan lokal, adat istiadat, serta kearifan kolektif yang telah berkembang jauh sebelum kemerdekaan.
Dalam konteks filsafat kebudayaan, Pancasila menggambarkan kesatuan antara aspek spiritual, sosial, dan politik dalam kehidupan berbangsa. Ia menjadi kerangka etika dan moral yang menuntun manusia Indonesia dalam bertindak, berpikir, dan berinteraksi di tengah masyarakat majemuk.
Kebudayaan sebagai Cermin Jiwa Bangsa
Kebudayaan adalah ekspresi dari cara hidup suatu bangsa. Ia mencakup nilai, norma, simbol, bahasa, seni, serta sistem sosial yang membentuk identitas kolektif. Dalam hal ini, Pancasila lahir dari proses panjang pergumulan sejarah, perjumpaan berbagai etnis, agama, dan nilai-nilai lokal yang berhasil disintesis menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Dengan kata lain, Pancasila adalah hasil refleksi mendalam atas realitas kebudayaan Indonesia, bukan produk adopsi dari sistem ideologi luar. Hal ini menjadikan Pancasila sangat relevan sebagai landasan dalam membangun kepribadian nasional yang otentik dan berakar kuat.
Menemukan Kembali Akar Jiwa Bangsa
Dalam era kontemporer, sering kali terjadi degradasi nilai dan krisis identitas akibat pengaruh luar yang tidak diimbangi dengan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai sendiri. Di sinilah pentingnya menemukan kembali akar jiwa bangsa melalui Pancasila sebagai filsafat kebudayaan.
Menggali kembali nilai-nilai Pancasila berarti membuka ruang untuk:
-
Reinterpretasi nilai budaya dalam konteks kekinian, tanpa kehilangan esensi aslinya.
Pendidikan karakter berbasis Pancasila untuk membentuk generasi yang berintegritas dan memiliki kepedulian sosial.
-
Penguatan kebudayaan lokal sebagai benteng identitas nasional, yang memperkaya sekaligus memperkuat nilai-nilai universal yang dikandung dalam Pancasila.
Tantangan dan Harapan
Tantangan terbesar dalam revitalisasi filsafat kebudayaan Pancasila adalah bagaimana menjadikannya sebagai sistem nilai yang hidup dan mengakar dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar slogan atau retorika. Hal ini memerlukan komitmen dari berbagai pihak—pemerintah, pendidik, tokoh agama, budayawan, hingga masyarakat luas—untuk menjadikan Pancasila sebagai laku hidup, bukan hanya dokumen historis.
Kesimpulan
Filsafat kebudayaan Pancasila mengajarkan kita bahwa identitas bangsa Indonesia tidak dibentuk secara instan, tetapi merupakan hasil dialektika panjang antara sejarah, nilai, dan realitas kebudayaan. Dengan kembali menggali dan menghidupkan nilai-nilai Pancasila, kita tidak hanya menemukan kembali akar jiwa bangsa, tetapi juga memperkuat fondasi moral dan spiritual dalam menghadapi tantangan zaman.(*****)